KIMIA KLINIK DASAR
TUGAS
INDIVIDU
ANALISIS CAIRAN TUBUH
Nama : ROBBY PRAMA YUDHA
Stambuk
: 150
2010 182
Kelas : L.2
Dosen
: NURMAYA
EFFENDI S.Si, M.Sc, Apt
UNIVERSITAS
MUSLIM INDONESIA
FAKULTAS
FARMASI
MAKASSAR
2013
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB I
PENDAHULUAN
Analisis cairan tubuh merupakan sumber informasi untuk
diagnosa medis saat ini, karena dalam banyak kasus pasien yang didiagnosis
dengan data dari tes ini, dengan darah dan urin yang paling banyak digunakan.
Tes darah: manusia memiliki antara lima dan enam liter
darah. Di dalamnya, ada jutaan sel darah merah, sel darah putih, platelet dan
sel-sel lain yang berjalan melalui jaringan km lebih dari 100.000 mencakup
darah. Tujuan utama dari darah, cairan penting, adalah untuk mengangkut oksigen
ke sel-sel, membuktikan adanya cedera dan serangan agen-agen asing memunculkan
ancaman patogenik. Ketika darah laboratorium pengujian nilai-nilai yang diubah
atau standar yang berbeda, Anda dapat menjadi sumber infeksi, anemia, keracunan,
reaksi alergi dan bahkan kanker.
Urin analisis: tubuh manusia mampu memproduksi sekitar 2
liter urin sehari. Ini metabolit urin mengusir racun bagi tubuh disaring oleh
ginjal, mineral dan puing-puing selular. Inilah sebabnya mengapa tes urine diperlukan
untuk pengamatan perubahan metabolik, terutama jika hati, ginjal dan rute pipis
bekerja dengan baik dan tidak mendapatkan infeksi, keracunan, atau patologi
berat lainnya.
Analisis Air liur: Percaya atau tidak, menghasilkan satu
sampai dua liter air liur hari melalui kelenjar ludah. Saliva mengandung enzim,
mineral, hormon dan bahkan sel-sel dari sistem kekebalan tubuh. Tes air liur
tidak sama dengan dahak. Untuk melakukan hal ini biasanya memerlukan permen
diadaptasi untuk mendeteksi infeksi bakteri di mulut, keracunan logam berat,
status hormonal atau kurangnya pertahanan. Dalam kedokteran gigi, digunakan
untuk menentukan apakah pasien rentan terhadap kerusakan gigi.
Analisis feses: Makanan sisa yang tidak dicerna, potongan
mukosa usus dengan cairan usus sel-sel mati dengan enzim, mineral dan hasil
empedu pada tinja. Tes ini adalah standar untuk mendiagnosis infeksi yang
disebabkan oleh parasit, bakteri, virus dan jamur. Juga mendeteksi adanya
disfungsi organ akut, penyakit pencernaan dan kanker.
Analisis dahak: Tidak seperti air liur, dahak adalah untuk
mengumpulkan sampel lendir dari paru-paru. Batuk adalah mekanisme dengan mana
kita dapat memperoleh sampel yang akan dikumpulkan dalam wadah yang sesuai dan
dianalisa untuk menentukan infeksi seperti bronkitis, pneumonia atau
tuberkulosis.
Jus analisis lambung: Mereka tidak ludah atau dahak saat
mereka berasal langsung dari perut dan mukosa adalah campuran asam, enzim,
garam dan mineral terlarut yang berfungsi untuk memecah makanan tertelan dan
pada gilirannya menghilangkan bakteri dan patogen di dalamnya. Mereka hanya
dapat diperoleh melalui selang yang dimasukkan melalui mulut atau hidung dan
masuk langsung ke perut.
Semen Analisis: Digunakan untuk analisis kualitas sperma
pada kasus infertilitas laki-laki dan testis untuk deteksi Penyakit, prostat
dan vesikula seminalis.
Cairan serebrospinal Analisis: Beberapa penyakit penting
yang mempengaruhi saraf central system hanya dapat didiagnosis melalui cairan.
Sampel diperoleh melalui pungsi lumbal dengan jarum dan Anda perlu protokol
untuk total aseptis untuk pengadaan. Ini adalah cairan bening dan tidak
berwarna di sekitar otak seolah-olah tenggelam, dalam rangka untuk menyerap
guncangan, getaran dan melindunginya dari tekanan. Perubahan warna dalam cairan
atau adanya protein, sel yang terinfeksi bakteri, virus atau jamur, dan bahkan
gula dapat membantu secara akurat mendiagnosis penyakit pada sistem saraf.
Analisis Bone Marrow: Sel-sel darah
merah dan trombosit berasal dari sumsum tulang. Analisis ini dilakukan melalui
anestesi lokal dan biopsi jarum di sternum. Mikroskop biasanya terlihat
kemajuan atau kematangan sel-sel yang diproduksi dan kuantitas yang dihasilkan.
Hal ini dilakukan bila ada kecurigaan keracunan, diubah sistem kanker,
kekebalan tubuh atau obat yang mempengaruhi produksi darah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PLASMA
DAN SERUM
Plasma darah adalah cairan yang mengandung sel-sel darah.
Di dalam plasma darah terlarut berbagai macam zat antara lain zat makanan,
protein, zat sekresi dan gas (O2, CO2, dan N2). Plasma darah mengandung serum
yang berfungsi sebagai tempat pembentukan antibodi. Selain darah, cairan tubuh
yang lain adalah limfe. Cairan limfe terbentuk dari air, glukosa, lemak, dan
garam. Limfe berfungsi sebagai alat pengangkut cairan dan protein, emulsi
lemak, dan penghasil antibodi. Komponen seluler limfe terdiri dari limfosit dan
granulosit. 55% dari jumlah/volume darah merupakan plasma darah. Volume plasma
darah terdiri dari 90% berupa air dan 10% berupa larutan protein, glukosa,
faktor koagulasi, ion mineral, hormon dan karbon dioksida. Plasma darah juga
merupakan medium pada proses ekskresi.
Plasma darah merupakan bagian cair yang berwarna
kekuningan, terdiri atas:
1) hampir 90% air yang di dalamnya terlarut berbagai macam
zat, sari makanan, garam mineral, hormon, enzim, protein, dan zat
sisa metabolisme;
2) garam-garam mineral, misalnya NaCl, KCl dan garam-garam
fosfat. Adanya garam menyebabkan tekanan darah dalam pembuluh
darah kapiler lebih besar daripada tekanan darah dalam jaringan sehingga
darah yang terdapat di dalam pembuluh kapiler dapat masuk dalam
jaringan. Sebaliknya tekanan darah dalam jaringan lebih besar daripada
tekanan darah pada vena sehingga darah dari jaringan dapat masuk ke vena.
Hal ini menyebabkan adanya keseimbangan pada tekanan darah;
3) protein plasma. Protein tidak hanya terdapat pada
sel-sel darah, tetapi juga pada plasma darah yang terdiri atas:
·
globulin berfungsi untuk
membentuk zat antibodi dan protrombin;
·
fibrinogen berfungsi dalam
proses pembelahan
·
albumin berfungsi untuk
menjaga tekanan osmotik darah, yaitu dengan adanya albumindidalam plasma
maka tekanan osmotik di dalam sel darah dengan plasma darah kira-kira sama
sehingga cairan plasma tidak dapat ke dalam sel darah
·
serum plasma darah yang
tidak mengandung fibrinogen dan berisi antibody,
·
antitoksin, berfungsi
menetralkan racun,
·
opisimin berfungsi memacu
sifat fagosit pada leukosit.
Tabel Komposisi Plasma Darah
Kandungan Plasma Darah
|
Fungsi
|
Air
|
Pelarut zat-zat lain
|
Protein
a. Albumin
|
Mempertahankan
keseimbangan air pada darah dan jaringan; mengatur volume darah
|
b. Globulin (alfa, beta,
gama)
|
Membantu transportasi
lemak, vitamin, dan hormon; pertahanan tubuh (antibodi)
|
c. Protein penggumpal
darah (fibrinogen dan protrombin)
|
Berperan dalam proses
penggumpalan Darah
|
Garam-garam (ion-ion),
seperti natrium, kalium, kalsium, magnesium, klorida, dan
bikarbonat.
|
Penyeimbang tekanan
osmosis, mempertahankan pH (buffer), fungsi saraf dan otot,
dan mengatur permeabilitas membran sel
|
Nutrien, seperti
glukosa, asam amino, dan asam lemah
|
Digunakan oleh sel,
makanan cadangan, atau diuraikan
|
Hormon
|
Memengaruhi aktivitas
organ yang Dituju
|
Karbon dioksida
|
Hasil respirasi sel yang
dibawa ke paru-paru untuk dibuang
|
Sampah nitrogen
|
Hasil metabolisme yang
akan diekskresikan oleh ginjal
|
Sumber: Human Body, 2002
Plasma darah dapat dipisahkan di dalam sebuah tuba berisi darah segar
yang telah dibubuhi zat anti-koagulan yang kemudian diputar sentrifugal sampai
sel darah merah jatuh ke dasar tuba, sel darah putih akan berada di atasnya dan
membentuk lapisan buffy coat, plasma darah berada di atas lapisan
tersebut dengan kepadatan sekitar 1025 kg/m3, or 1.025 kg/l.
Serum darah adalah
plasma tanpa fibrinogen, sel dan faktor koagulasi lainnya. Fibrinogen menempati
4% alokasi protein dalam plasma dan merupakan faktor penting dalam proses
pembekuan darah. Plasmapheresis adalah jenis terapi medis yang
menyuling (extraction) plasma darah keluar dari kumpulan partikelnya
untuk diolah lebih lanjut dan memasukkan kembali plasma darah tersebut pada
akhir terapi.
B. CAIRAN SEREBROSPINAL
Cairan serebrospinal
adalah cairan yang berada diotak dan sterna serta ruang subrachnoid yang
mengelilingi otak dan medulla spinalis. Cairan serebrospinal mempunyai tekanan
yang konstan, dan seluruh ruangan berhubungan satu sama lain.
Letak cairan serebrospinal
Secara anatomis, cairan serebrospinal
ditemukan dalam ruang-ruang otak (ventrikel otak), yaitu pada:
a.
Ruang subarakhnoid
b.
Ventrikel otak
c.
Kanal sentralis medula
spinalis.
Cairan ini dihasilkan oleh pleksus
khoroid yang terdapat pada atap ventrikel ketiga dan ke empat dan pada
dinding medial ventrikel lateral. Cairan serebrospinal dihasilkan secara aktif
dan dalam keadaan normal diimbangi oleh absorbsi kembali ke dalam darah.
Aliran cairan serebrospinal
Aliran cairan
serebrospinal adalah sebagai berikut: dari ventrikel lateral cairan
serebrospinal mengalir ke ventrikel III dan disini jumlah cairan serebrospinal
akan bertambah lebih banyak.Dari ventrikel III cairan serebrospinal mengalir
melalui akuaduktus Sylvii ke dalam ventrikel IV yang juga
menghasilkan cairan serebrospinal. Cairan serebrospinal kemudian keluar melaluiforamen
Magendie dan Luschka masuk ke dalam ruang
subarakhnoid. Di ruang subarakhnoid serebrospinal mengalir ke dalam sinus
venosus kranial melalui vili arakhnoidyang merupakan
berkas pia arakhnoid yang menembus duramater untuk kemudian
terletak dalam sinus venosus kranial dan kebawah di sekitar medula spinalis.
Apabila
salah satu foramen ventrikel otak mengalami penyumbatan maka cairan
serebro-spinalnya akan terus bertambah, akibatnya ventrikel otak membesar
karena tekanan cairan serebrospinal. Pembesaran ventrikel otak akan menekan
unsur-unsur saraf di sekitar ventrikel. Akibatnya fungsi otak terganggu. Bila
hal ini terjadi pada bayi baru lahir (neonatus), maka kepala bayi tersebut
menjadi sangat besar. Keadaaan patologis ini disebut hidrosefalus.
Fungsi
cairan serebrospinal
Fungsi utama dari cairan serebrospinal
ini adalah melindungi sistem saraf pusat dari trauma (tekanan/benturan) dari
luar dan
mempertahankan lingkungan cairan sesuai untuk otak serta memberi perlindungan
terhadap benturan ringan dan luka mekanik lainnya (sebagai bumper/penyangga).
Dalam penampakannya, cairan
serebrospinal seperti mengapungkan otak dalam air, sehingga menjadikan otak
tetap stabil pada tempatnya walaupun ada benturan dari luar.
C. URINE
Urinalisis adalah analisa fisik, kimia
dan mikroskopik terhadap urine. uji urine rutin di lakukan pertama pertama kali
pada tahun 1821. Sampai saat ini, urine diperiksa secara manual terhadap
berbagai kandungannya, tetapi saat ini digunakan berbagai strip reagen untuk
melakukan skrining kimia dengan cepat.
Urinalisis berguna untuk mendiagnosa penyakit ginjal
atau infeksi saluran kemih, dan untuk mendeteksi adanya penyakit metabolik yang
tidak berhubungan dengan ginjal. Berbagai uji urinealisis rutin dilakukan
seperti warna, tampilan dan bau urine diperiksa, serta pH, protein, keton,
glukosa dan bilirubin diperiksa secara strip reagen. Berat jenis diukur dengan
urineometer, dan pemeriksaan mikroskopik sedimen urine dilakukan untuk
mendeteksi eritrosit, leukosit,epitel,Kristal dan bakteri.
D. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan laboratorium yang berdasarkan pada reaksi kimia
dapat digunakan darah, urin atau cairan tubuh lain. Terdapat banyak pemeriksaan
kimia darah di dalam laboratorium klinik antara lain uji fungsi hati, otot
jantung, ginjal, lemak darah, gula darah, fungsi pankreas, elektrolit dan dapat
pula dipakai beberapa uji kimia.
a.
Sampel plasma dan serum
Persiapan:
Sebelum sampel darah diambil pasien tidak boleh
makan/minum apapun kecuali air putih. Sampel darah yang akan diambil,
tergantung jumlah/jenis pemeriksaan laboratorium yang akan dilakukan.
Untuk pemeriksaan medical check-up rutin, biasanya petugas akan mengambil
maksimal 10 cc darah pasien. Namun, jika pemeriksaan yang lebih sederhana,
mungkin darah yang diambil, kurang dari jumlah di atas.
Pengujian:
-
serum glutamic oxaloacetate transaminase (SGOT)
Mekanisme: GOT akan mengkatalisis
konversi bagian nitrogen asam amino menjadi energi. GOT ditemukan
dalam sitoplasma dan mitokondria sel hati, jantung, otot skelet, ginjal,
pankreas, dan eritrosit. Pada kerusakan sel-sel tersebut di atas, GOT dalam serum
meninggi.kadar
normal: 6-30 µ/l.
-
serum glutamic pyruvate transaminase (SGPT)
Mekansime: GPT mengkatalisis
kelompok asam amino dalam siklus Krebs untuk menghasilkan energi
dijaringan. GPT terdapat di
sitoplasma sel hati, jantung, dan otot skelet.
Pada kerusakan sel hati GPT meninggi di dalam serum
hingga merupakan indikator kerusakan sel hati. Kadar normal: 7-32 µ/l.
-
alkaline phosphatase (ALP)
ALP terdapat di hati,
tulang, ginjal, usus, dan plasenta. Pada orang dewasa kadar tinggi terutama dihati, tulang,
usus, dan plasenta. Dan
pada waktu trimester kehamilan. Kadar normal: < 240 µ/l.
b. Sampel
urin
Persiapan
:
-
Puasa dan menghentikan obat-obatan
(Puasa diperlukan untuk pemeriksaan laboratorium tertentu seperti: asam
urat, glukosa puasa dan lipid profil (termasuk lipid profil : total kolesterol,
trigliserida, LDL-kolesterol, HDL-kolesterol, lipoprotein))
-
Puasa yang benar dianjurkan lamanya
10-12 jam. Selama puasa dilarang mengonsumsi makan/minum yang mengandung
kalori. Hanya boleh mengonsumsi air putih
-
Pasien tidak melakukan aktivitas fisik
berlebihan sebelum dilakukan pengambilan sampel
Pasien
disarankan untuk menampung air seni setelah membuang sebagian kecil air seninya
di awal. Artinya, aliran air seni yang pertamakali dikeluarkan tidak
ditampung dalam wadah. ”Sampel yang ditampung adalah aliran air seni berikutnya
dan aliran air seni terakhir juga sebaiknya tidak ditampung. Membuang aliran
air seni di awal dan akhir tersebut bertujuan untuk membilas saluran
kencing. Harapannya, agar sampel air seni yang diperoleh dari
aliran tengah tersebut dapat benar-benar mewakili kondisi air seni pasien yang
seharusnya diperiksa. Waktu pengambilan sampel urine yang baik adalah urine
pagi setelah bangun tidur.
Sampel-sampel
yang sudah diambil akan segera diproses melalui beberapa tahapan, praanalitik,
analitik, pascaanalitik.
-
Tahap praanalitik, sebenarnya
sudah dimulai dari sebelum pasien datang ke laboratorium
seperti persiapan pasien, proses pengambilan sampel, pemberian identitas
sampel, pemisahan sampel, transportasi sampel ke tempat pemeriksaan dan
penyimpanan sampel jika pemeriksaan harus ditunda.
-
Tahap analitik meliputi semua proses
selama sampel diperiksa yang nantinya akan melibatkan alat pemeriksaan,
jenis metode pemeriksaan, kalibrasi alat, reagen dan quality control.
-
Tahap pascaanalitik menyangkut cara
pelaporan hasil-hasil laboratorium.
Pengujian (makroskopik)
a.
Warna Urine
Warna urine ditentukan oleh besarnya
diuresis. Makin besar dieresis, makin muda warna urine itu. Biasanya warna
normal urine berkisar antara kuning muda dan kuning tua. Warna itu disebabkan
oleh beberapa macam zat warna, terutama urochrom dan urobilin.
Jika didapat warna abnormal disebabkan
oleh zat warna yang dalam keadaan normalpun ada, tetapi sekarang ada dalam
jumlah besar. Kemungkinan adanya zat warna abnormal, berupa hasil metabolism
abnormal, tetapi mungkin jugaberasal dari suatu jenis makanan atau obat-obatan.
Beberapa keadaan warna urine mungkin baru berubah setelah dibiarkan.
a. Tujuan
: Untuk mengetahui kelainan klinik dengan menentukan warna urine
b. Prinsip
:
Warna urine ditentukan oleh besarnya diuresis, maka besar dieresis makin
muda warna urine tersebut. Warna urine disebabkan oleh urochrome.
c. Alat
:
- Tabung reaksi
- Rak tabung
d. Sampel :
- Urine
e. Prosedur
:
- Mengisi tabung
reaksi dengan 2/3 urine
- Mengamati dalam
sikap serong
b.
Kejernihan
Cara menguji kejernihan sama seperti menguji warna
yaitu jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh. Tidak semua macam kekeruhan
bersifat abnormal. Urine normalpun akan menjadi agak keruh jika dibiarkan atau
didinginkan. Kekeruhan ringn disebut nubecula dan terjadi dari lender, sel-sel
epitel dan leukosit yang lambat laun mengendap.
Sebab-sebab urine keruh dari
mula-mula:
a)
Fosfat amorf dan karbonat dalam
juml;ah besar. mungkin terjadi sesudah orang makan banyak.
b)
Bakteri
c)
Unsur sedimen dalam jumlah
besar, seperti eritrosit, leukosit dan sel epitel.
d)
Cylus dan lemak
e)
Benda-benda koloid
Sebab –sebab urine keruh menjadi keruh
setelah dibiarkan :
a)
Nubecula
b)
Urat-urat amorf
c)
Fosfat amorf dan karbonat
d)
Bakteri
a.
Tujuan :Untuk mengetahui kelainan klinik
dengan menentukan kejernihan urine.
b.
Prinsip :
Untuk menggambarkan
rupa urine harus dilakukan secepatnya setelah urine dikeluarkan dengan cahaya
tembus. Kejernihan urine dinyatan jernih atau keruh.
c.
Alat :
-
Tabung reaksi
-
Rak tabung
d.
Sampel :Urine
e.
Prosedur :
-
Mengisi tabung reaksi dengan 2/3 urine
-
Mengamati dalam sikap serong
c.
Bau
Bau urine yang normal disebabkan untuk sebagaian oleh
asam-asam organic yang mudah menguap. Bau yang berlainan dari yang normal.
a.
Tujuan : Untuk mengetahui kelainan klinik
dengan menentukan bau urine
b.
Prinsip :
Bau urine barasal
dari sebagian oleh asam-asam organic yang mudah menguap
c.
Alat :
-
Tabung reaksi
-
Rak tabung
d.
Sampel :Urine
e.
Prosedur :
-
Mengisi tabung reaksi dengan 2/3 urine
-
Bau urine tersebut dengan indra pencium
d.
pH
pH tidak banyak berarti dalam
pemeriksaan penyaring. Akan tetapi pada gangguan keseimbangan asam-basa penetapan
itu memberi kesan tentang keadaan dalam tubuh, apalagi jika disertai penetapan
jumlah asam yang diekskresikan dalam waktu tertentu, jumlah ion NH4.
Selain pada keadaan tadi pemeriksaan
Ph urine segar dapat member petujnjuk kearah infeksi saluran kemih. Infeksi
oleh E. coli biasanya menghasilkan urine asam, sedangkan infeksi oleh Proteus
yang merombak ureum menjadi amoniak menyebabkan urine menjadi basa.
a.
Tujuan : Mengetahui petunjuk ke arah
etiologi pada infeksi kencing
b.
Prinsip :
Sepotong kertas isap
terdapat 1 sampel 2 macam indicator, biasanya methyl red dan bromtimol blue.
Perubahan warna kedua indicator bersama menyebabkan warna pada kertas yang
mengandung indicator dalam keadaan kering berubah antara pH 5 dan pH 9 dari
jingga melalui hijau sampai biru.
c.
Alat :
-
Tabung reaksi
-
Indicator universal
d.
Sampel : Urine
e.
Prosedur :
-
Mengisi tabung reaksi dengan 2/3 urine
-
Mencelupkan kertas indicator pada urine, kemudian mencocokkan dengan
skala warna pembanding.
Pengujian (kimia):
-
Ureum
Ureum merupakan hasil metabolisme
protein,ureum di bentuk dari amonia dalam hati dan di ekskresi oleh ginjal. Kadar
normal: 10,0 – 50,0 mg/dl
-
Asam urat
Asam urat merupakan hasil metabolisme di dalam
tubuh, yang kadarnya tidak boleh berlebih. Kadar normal: Laki-laki 3,4 –
7,0 mg/dl,dan perempuan 2,4 – 5,7 mg/dl.
c. Cairan Serebrospinal
Sampel diperoleh melalui pungsi lumbal
dengan jarum dan Anda perlu protokol untuk total aseptis untuk pengadaan.
Pengujian :
Warna
Cairan serebrospinal normal tidak
berwarna. Adanya warna pada cairan ini biasanya menunjukkan hal abnormal.
a. Xantokrom (kekuningan): perdarahan
subarakhnoid, meningitis tuberkulosis, dan neonatus normal.
b. Kuning: hiperbilirubinemia, hemolisis.
c. Oranye: hiperkarotenemia, hemolisis.
d. Merah muda: hemolisis.
e. Hijau: hiperbilirubinemia, meningitis
bakterial.
f. Coklat: meningitis melanomatosis.
Hitung sel
Cairan serebrospinal normal hanya
mengandung 0-5 leukosit/mm3.
Pada pasien meningitis purulen
(bakterial), dapat ditemukan jumlah sel lebih dari 100-1000 leukosit/mm3.
Jumlah sel lebih dari normal, tapi kurang dari 100, dapat ditemukan pada
meningitis viral. Penyebab jumlah sel di cairan serebrospinal meningkat selain
infeksi antara lain penyakit keganasan, perdarahan intraserebral, dan setelah
serangan kejang.
Dominasi sel netrofil atau sel
polimorfonuklear (PMN) dapat ditemukan pada meningitis bakterial stadium awal. Dominasi
eosinofil cukup sering berkaitan dengan meningitis atau ensefalitis oleh
parasit. Sedangkan dominasi limfosit-monosit (mononuklear / MN) ditemukan pada
meningitis viral, tuberkulosis, atau fungal.
Protein
Protein pada cairan serebrospinal
normal mengandung 18-58 mg/dL protein.
Peningkatan protein dapat terjadi
akibat infeksi, perdarahan, multiple sclerosis, dan keganasan.
Sedangkan protein yang rendah mungkin ditemukan pada bayi atau anak berusia di
bawah 2 tahun dan pada intoksikasi air. Hipoproteinemia atau hipoalbuminemia
tidak menyebabkan protein cairan serebrospinal menurun.
Glukosa
Glukosa pada cairan serebrospinal
biasanya sama dengan 2/3 kali glukosa darah orang yang bersangkutan 2-4 jam
sebelumnya.
Satu-satunya penyebab peningkatan
glukosa pada cairan serebrospinal adalah diabetes melitus. Namun glukosa cairan
dalam kasus ini tidak pernah melebihi 300 mg/dL.
Penurunan glukosa cairan serebrospinal
biasanya disebabkan infeksi. Infeksi bakteri menyebabkan glukosa turun sampai
sangat rendah, namun infeksi virus yang hanya menyebabkan glukosa turun
sedikit. Pemeriksaan ini tidak selalu sensitif menyingkirkan infeksi karena 50%
pasien meningitis menunjukkan kadar glukosa cairan serebrospinal normal.
Kultur
Untuk menyingkirkan atau mengkonfirmasi
diagnosis infeksi, baik ensefalitis maupun meningitis, dapat dilakukan kultur
cairan serebrospinal terhadap beberapa mikroorganisme. Mikroorganisme yang
dimaksud antara lain pneumococcus, meningococcus, Haemophilus
influenza (bakteri), Enterovirus (virus), Mycobacterium
tuberculosis (tuberkulosis), dan Cryptococcus neoformans (fungal).
Dalam kasus tertentu mungkin juga perlu diperiksa kemungkinan toksoplasmosis.
Selain
pemeriksaan rutin di atas, kadang juga diperiksa uji aglutinasi lateks untuk Haemophilus
influenza dan PCR (polymerase chain reaction). Aglutinasi
lateks merupakan uji antigen-antibodi yang bermanfaat pada kasus meningitis
Haemophilus yang sudah mendapat pengobatan sebagian; karena pemeriksaan kultur
pada kasus ini mungkin memberi hasil negatif. Sedangkan PCR merupakan
pemeriksaan paling sensitif untuk berbagai jenis penyebab infeksi sistem saraf
pusat, namun biayanya masih cukup tinggi dan belum tersedia di seluruh
laboratorium.
BAB
III
KESIMPULAN
Dalam melakukan pemeriksaan kilinik
beberapa hal yang perlu diketahui seorang pasien adalah tujuan melakukan
pemeriksaan laboratorium, jenis pemeriksaan laboratorium apa yang akan
dilakukan, jenis sampel yang akan diperiksa (darah, urine, feses atau cairan
tubuh yang lain), persiapan yang harus dilakukan sebelum pengambilan sampel,
waktu pengambilan sampel yang baik (pagi, siang, malam) agar diperoleh hasil
laboratorium yang valid.
Pemeriksaan satu jenis uji laboratorium
tidak akan mampu mengetahui semua jenis penyakit. Justru, satu
jenis penyakit bisa memerlukan beberapa jenis pemeriksaan laboratorium,
misalnya, untuk penyakit hati/liver, pemeriksaan laboratorium yang
dibutuhkan cukup banyak seperti : albumin, SGOT, SGPT, ALP, gamma GT, HBsAg,
Anti-HCV, bilirubin.
izin bertanya, daftar pustaka nya dapat darimana ya kak? terimakasih sebelumnya blognya sangat bermanfaat^^
BalasHapus