TUGAS KIMIA KLINIK DASAR
TUGAS
INDIVIDU
Keseimbangan
Cairan dan ion Tubuh, Asam-basa, Metabolisme karbohidrat, Lipid, serta
Lipoprotein
Nama : ROBBY PRAMA YUDHA
Stambuk : 150 2010 182
Kelas : L.2
Dosen
: NURMAYA
EFFENDI S.Si, M.Sc, Apt
UNIVERSITAS
MUSLIM INDONESIA
FAKULTAS
FARMASI
MAKASSAR
2013
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB I
PENDAHULUAN
Analisis cairan tubuh
merupakan sumber informasi untuk diagnosa medis saat ini, karena dalam banyak
kasus pasien yang didiagnosis dengan data dari tes ini, dengan darah dan urin
yang paling banyak digunakan.
Tes darah: manusia
memiliki antara lima dan enam liter darah. Di dalamnya, ada jutaan sel darah
merah, sel darah putih, platelet dan sel-sel lain yang berjalan melalui
jaringan km lebih dari 100.000 mencakup darah. Tujuan utama dari darah, cairan
penting, adalah untuk mengangkut oksigen ke sel-sel, membuktikan adanya cedera
dan serangan agen-agen asing memunculkan ancaman patogenik. Ketika darah
laboratorium pengujian nilai-nilai yang diubah atau standar yang berbeda, Anda
dapat menjadi sumber infeksi, anemia, keracunan, reaksi alergi dan bahkan
kanker.
Urin analisis: tubuh
manusia mampu memproduksi sekitar 2 liter urin sehari. Ini metabolit urin
mengusir racun bagi tubuh disaring oleh ginjal, mineral dan puing-puing
selular. Inilah sebabnya mengapa tes urine diperlukan untuk pengamatan
perubahan metabolik, terutama jika hati, ginjal dan rute pipis bekerja dengan
baik dan tidak mendapatkan infeksi, keracunan, atau patologi berat lainnya.
Analisis Air liur: Percaya
atau tidak, menghasilkan satu sampai dua liter air liur hari melalui kelenjar
ludah. Saliva mengandung enzim, mineral, hormon dan bahkan sel-sel dari sistem
kekebalan tubuh. Tes air liur tidak sama dengan dahak. Untuk melakukan hal ini
biasanya memerlukan permen diadaptasi untuk mendeteksi infeksi bakteri di
mulut, keracunan logam berat, status hormonal atau kurangnya pertahanan. Dalam
kedokteran gigi, digunakan untuk menentukan apakah pasien rentan terhadap
kerusakan gigi.
Analisis feses: Makanan
sisa yang tidak dicerna, potongan mukosa usus dengan cairan usus sel-sel mati
dengan enzim, mineral dan hasil empedu pada tinja. Tes ini adalah standar untuk
mendiagnosis infeksi yang disebabkan oleh parasit, bakteri, virus dan jamur.
Juga mendeteksi adanya disfungsi organ akut, penyakit pencernaan dan kanker.
Analisis dahak: Tidak
seperti air liur, dahak adalah untuk mengumpulkan sampel lendir dari paru-paru.
Batuk adalah mekanisme dengan mana kita dapat memperoleh sampel yang akan
dikumpulkan dalam wadah yang sesuai dan dianalisa untuk menentukan infeksi
seperti bronkitis, pneumonia atau tuberkulosis.
Jus analisis lambung:
Mereka tidak ludah atau dahak saat mereka berasal langsung dari perut dan
mukosa adalah campuran asam, enzim, garam dan mineral terlarut yang berfungsi
untuk memecah makanan tertelan dan pada gilirannya menghilangkan bakteri dan
patogen di dalamnya. Mereka hanya dapat diperoleh melalui selang yang
dimasukkan melalui mulut atau hidung dan masuk langsung ke perut.
Semen Analisis:
Digunakan untuk analisis kualitas sperma pada kasus infertilitas laki-laki dan
testis untuk deteksi Penyakit, prostat dan vesikula seminalis.
Cairan serebrospinal
Analisis: Beberapa penyakit penting yang mempengaruhi saraf central system
hanya dapat didiagnosis melalui cairan. Sampel diperoleh melalui pungsi lumbal
dengan jarum dan Anda perlu protokol untuk total aseptis untuk pengadaan. Ini
adalah cairan bening dan tidak berwarna di sekitar otak seolah-olah tenggelam,
dalam rangka untuk menyerap guncangan, getaran dan melindunginya dari tekanan.
Perubahan warna dalam cairan atau adanya protein, sel yang terinfeksi bakteri,
virus atau jamur, dan bahkan gula dapat membantu secara akurat mendiagnosis
penyakit pada sistem saraf.
Analisis Bone Marrow: Sel-sel darah merah dan trombosit
berasal dari sumsum tulang. Analisis ini dilakukan melalui anestesi lokal dan
biopsi jarum di sternum. Mikroskop biasanya terlihat kemajuan atau kematangan
sel-sel yang diproduksi dan kuantitas yang dihasilkan. Hal ini dilakukan bila
ada kecurigaan keracunan, diubah sistem kanker, kekebalan tubuh atau obat yang mempengaruhi
produksi darah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Keseimbangan
Air dan Ion dalam Tubuh
Komposisi Cairan Tubuh
Telah disampaikan pada
pendahuluan di atas bahwa cairan dalam tubuh meliputi lebih kurang 60% total
berat badan laki-laki dewasa. Prosentase cairan tubuh ini bervariasi antara
individu, sesuai dengan jenis kelamin dan umur individu tersebut. Pada wanita
dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dari total berat badan. Pada bayi dan
anak-anak, prosentase ini relatif lebih besar dibandingkan orang dewasa dan
lansia.
Cairan tubuh menempati
kompartmen intrasel dan ekstrasel. 2/3 bagian dari cairan tubuh berada di dalam
sel (cairan intrasel/CIS) dan 1/3 bagian berada di luar sel (cairan
ekstrasel/CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi
20% CES atau 15% dari total berat badan; dan cairan intersisial yang mencapai
80% CES atau 5% dari total berat badan. Selain kedua kompatmen tersebut, ada
kompartmen lain yang ditempati oleh cairan tubuh, yaitu cairan transel. Namun
volumenya diabaikan karena kecil, yaitu cairan sendi, cairan otak, cairan
perikard, liur pencernaan, dll. Ion Na+ dan Cl- terutama
terdapat pada cairan ektrasel, sedangkan ion K+ di cairan intrasel.
Anion protein tidak tampak dalam cairan intersisial karena jumlahnya paling
sedikit dibandingkan dengan intrasel dan plasma.
Perbedaan komposisi
cairan tubuh berbagai kompartmen terjadi karena adanya barier yang memisahkan
mereka. Membran sel memisahkan cairan intrasel dengan cairan intersisial,
sedangkan dinding kapiler memisahkan cairan intersisial dengan plasma. Dalam
keadaan normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume cairan antar
kompartmen. Bila terjadi perubahan konsentrasi atau tekanan di salah satu
kompartmen, maka akan terjadi perpindahan cairan atau ion antar kompartemen
sehingga terjadi keseimbangan kembali.
Perpindahan Substansi
Antar Kompartmen
Setiap kompartmen
dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi mereka. Setiap zat yang akan
pindah harus dapat menembus barier atau membran tersebut. Bila substansi zat
tersebut dapat melalui membran, maka membran tersebut permeabel terhadap zat
tersebut. Jika tidak dapat menembusnya, maka membran tersebut tidak permeabel
untuk substansi tersebut. Membran disebut semipermeable (permeabel selektif)
bila beberapa partikel dapat melaluinya tetapi partikel lain tidak dapat
menembusnya.
Perpindahan substansi
melalui membran ada yang secara aktif atau pasif. Transport aktif membutuhkan
energi, sedangkan transport pasif tidak membutuhkan energi.
Difusi
Partikel (ion atau
molekul) suatu substansi yang terlarut selalu bergerak dan cenderung menyebar
dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah
sehingga konsentrasi substansi partikel tersebut merata. Perpindahan partikel
seperti ini disebut difusi. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju difusi
ditentukan sesuai dengan hukum Fick (Fick’s law of diffusion).Faktor-faktor tersebut adalah:
1.
Peningkatan perbedaan
konsentrasi substansi.
2.
Peningkatan
permeabilitas.
3.
Peningkatan luas
permukaan difusi.
4.
Berat molekul
substansi.
5.
Jarak yang ditempuh
untuk difusi.
Osmosis
Bila suatu substansi
larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut lebih rendah
dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume yang sama.
Hal ini karena tempat molekul air telah ditempati oleh molekul substansi
tersebut. Jadi bila konsentrasi zat yang terlarut meningkatkan, konsentrasi air
akan menurun.Bila suatu larutan dipisahkan oleh suatu membran yang
semipermeabel dengan larutan yang volumenya sama namun berbeda konsentrasi zat
terlarut, maka terjadi perpindahan air/zat pelarut dari larutan dengan
konsentrasi zat terlarut lebih tinggi. Perpindahan seperti ini disebut dengan
osmosis.
Filtrasi
Filtrasi terjadi
karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi oleh membran.Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke
daerah bertekanan rendah. Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan besar
perbedaan tekanan, luas permukaan membran dan permeabilitas membran. Tekanan
yang mempengaruhi filtrasi ini disebut tekanan hidrostatik.
Transport aktif
Transport aktif
diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi secara pasif dari
daerah yang konsentrasinya rendah ke daerah yang konsentrasinya lebih tinggi.
Perpindahan seperti ini membutuhkan energi (ATP) untuk melawan perbedaan
konsentrasi. Contoh: Pompa Na-K.
Keseimbangan Cairan
Pengaturan keseimbangan
cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu volume cairan ekstrasel
dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel
dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan
ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk
mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
1. Pengaturan volume cairan ekstrasel.
Penurunan volume cairan
ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri dengan menurunkan volume
plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan ekstrasel dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume plasma.
Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah
jangka panjang.
-
Mempertahankan
keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan output) air. Untuk mempertahankan
volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada keseimbangan antara air
yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. hal ini terjadi karena adanya
pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh dengan lingkungan
luarnya. Water turnover dibagi dalam: 1. eksternal fluid exchange,pertukaran
antara tubuh dengan lingkungan luar; dan 2. Internal fluid exchange,pertukaran
cairan antar pelbagai kompartmen, seperti proses filtrasi dan reabsorpsi di
kapiler ginjal.
-
Memperhatikan keseimbangan
garam. Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam juga perlu
dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan keluarannya. Permasalahannya
adalah seseorang hampir tidak pernah memeprthatikan jumlah garam yang ia
konsumsi sehingga sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi, seseorang mengkonsumsi
garam sesuai dengan seleranya dan cenderung lebih dari kebutuhan. Kelebihan
garam yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urine untuk mempertahankan
keseimbangan garam.
Ginjal mengontrol jumlah garam yang dieksresi dengan
cara:
-
Mengontrol jumlah garam
(natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)/
Glomerulus Filtration Rate (GFR).
-
Mengontrol jumlah yang
direabsorbsi di tubulus ginjal
Jumlah Na+ yang
direasorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan mengontrol tekanan darah.
Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na+ dan
retensi Na+ di tubulus distal dan collecting.
Retensi Na+ meningkatkan retensi air sehingga meningkatkan
volume plasma dan menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri.Selain sistem
Renin-Angiotensin-Aldosteron, Atrial Natriuretic Peptide (ANP)
atau hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air. Hormon ini
disekresi leh sel atrium jantung jika mengalami distensi peningkatan volume
plasma. Penurunan reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan
eksresi urine sehingga mengembalikan volume darah kembali normal.
2. Pengaturan
Osmolaritas cairan ekstrasel.
Osmolaritas cairan
adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam suatu larutan.
semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi solute atau semakin
rendah konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi) ke area
yang konsentrasi solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah).
Osmosis hanya terjadi
jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat menmbus membran
plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion natrium menrupakan solut yang banyak
ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion utama yang berperan penting dalam
menentukan aktivitas osmotik cairan ekstrasel. sedangkan di dalam cairan
intrasel, ion kalium bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik
cairan intrasel. Distribusi yang tidak merata dari ion natrium dan kalium ini
menyebabkan perubahan kadar kedua ion ini bertanggung jawab dalam menetukan
aktivitas osmotik di kedua kompartmen ini.
Pengaturan osmolaritas
cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan dilakukan melalui:
-
Perubahan osmolaritas
di nefron
Di sepanjang tubulus
yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan osmolaritas yang pada akhirnya
akan membentuk urine yang sesuai dengan keadaan cairan tubuh secara keseluruhan
di dukstus koligen. Glomerulus menghasilkan cairan yang isosmotik di tubulus proksimal
(300 mOsm). Dinding tubulus ansa Henle pars decending sangat permeable terhadap
air, sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular
atau vasa recta. Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi
hiperosmotik.
Dinding tubulus ansa
henle pars acenden tidak permeable terhadap air dan secara aktif memindahkan
NaCl keluar tubulus. Hal ini menyebabkan reabsobsi garam tanpa osmosis air.
Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus koligen menjadi
hipoosmotik.Permeabilitas dinding
tubulus distal dan duktus koligen bervariasi bergantung pada ada tidaknya
vasopresin (ADH). Sehingga urine yang dibentuk di duktus koligen dan akhirnya
di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga bergantung pada ada tidaknya
vasopresis (ADH).
-
Mekanisme haus dan
peranan vasopresin (antidiuretic hormone/ADH)
Peningkatanosmolaritas
cairan ekstrasel (>280 mOsm) akan merangsang osmoreseptor di hypotalamus.
Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hypotalamus yang mensintesis
vasopresin. Vasopresin akan dilepaskan oleh hipofisis posterior ke dalam darah
dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus koligen. ikatan vasopresin
dengan reseptornya di duktus koligen memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal
air di membrane bagian apeks duktus koligen. Pembentukkan aquaporin ini
memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta. Hal ini menyebabkan
urine yang terbentuk di duktus koligen menjadi sedikit dan hiperosmotik atau
pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap dipertahankan.
Selain itu,
rangsangan pada osmoreseptor di hypotalamus akibat peningkatan osmolaritas
cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di hypotalamus sehingga
terbentuk perilaku untuk membatasi haus, dan caira Fungsi Cairan Tubuh
Keseimbangan Cairan Tubuh
Jumlah normal air pd tubuh manusia
Wanita dewasa muda : 50 - 55% Berat Badan
Pria dewasa muda : 55 - 60% Berat Badan
Bayi : 75% Berat Badan
Usia lanjut : 45% Berat Badan
Air penting untuk berbagai fungsi tubuh dan kadarnya
harus tetap dijaga
Electrolytes
•Cations (+)
•Calcium, Ca++
•Magnesium,
Mg ++
•Potassium,
K +
•Sodium, Na +
•Anions (-)
•Bicarbonate, HCO3-
•Chloride, Cl-
•Phosphate, HPO4—
Air
(H20) merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di dalam
tubuh manusia.Sekitar 60% dari total berat badan orang dewasa terdiri dari
air.Namun bergantung kepada kandungan lemak dan otot yang terdapat di dalam
tubuh,nilai persentase ini dapat bervariasi antara 50-70% dari total berat
badan orang dewasa.Oleh karena itu maka tubuh yang terlatih dan terbiasa
berolahraga seperti tubuh seorang atlet biasanya akan mengandung lebih banyak
air jika dibandingkan tubuh nonatlet.Di dalam tubuh,sel-sel yang mempunyai
konsentrasi air paling tinggi antara lain adalah sel-sel otot dan organ-organ
pada rongga badan,seperti paru-paru atau jantung,sedangkan sel-sel yang
mempunyai konsentrasi air paling rendah adalah sel-sel jaringan seperti tulang
atau gigi.Konsumsi cairanyang ideal untuk memenuhi kebutuhan harian bagi tubuh
manusia adalah mengkonsumsi 1 ml air untuk setiap 1 kkal konsumsi energi tubuh
atau dapat juga diketahui berdasarkan estimasi total jumlah air yang keluar
dari dalam tubuh.Secara rata-rata tubuh orang dewasa akan kehilangan 2.5 L
cairan perharinya.Sekitar 1.5 L cairan tubuh keluar melalui urin,500 ml melalui
keluarnya keringat,400ml keluar dalam bentuk uap air melalui proses respirasi
(pernafasan) dan 100 ml keluar bersama dengan feces(tinja).Sehingga berdasarkan
estimasi ini,konsumsi antara 8-10gelas (1 gelas = 240 ml) biasanya dijadikan
sebagai pedoman dalam pemenuhan kebutuhan cairan per-harinya.
Cairan dan
elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap
sehat.Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah
satu bagian dari fisiologi homeostatis.Keseimbangan cairandan elektrolit
melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh.Cairan tubuh adalah
larutan yang terdiri dari air( pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut).Elektrolit adalah zat kimia yang
menghasilkanpartikel-partikelbermuatan listrik yang disebut ion jika berada
dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui
makanan,minuman,dan cairan intravena (IV) dan di distribusi ke seluruh bagian
tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal
dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.Keseimbangan
cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah
satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh
dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :
-
cairan intraseluler dan
-
cairan ekstraseluler.
Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam
sel diseluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada
di luar sel dan terdiri dari tiga kelompokyaitu:cairan intravaskuler(plasma),cairan
interstitial dan cairan transeluler.Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan
di dalam sistem vaskuler,cairan intersitial adalah cairan yang terletak
diantara sel,sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti
cairan serebrospinal,cairan intraokuler,dan sekresi saluran cerna.
Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai
dengan individu dan tergantung beberapa hal antara lain :
a.Umur
b.Kondisi lemak
tubuh
c.Sex
Perhatikan Uraian berikut ini :
No.
|
Umur
|
Presentase
|
1.
|
Bayi (baru lahir)
|
. 75 %
|
2.
|
Dewasa :
a.Pria (20-40 tahun)
b.Wanita (20-40 tahun)
|
60 %
50 %
|
3.
|
. Usia Lanjut
|
45-50 %
|
Pada orang dewasa kira-kira 40 % baerat badannya atau 2/3
dari TBW-nya berada di dalam sel (cairan intraseluler/ICF), sisanya atau 1/3
dari TBW atau 20% dari berat badannya berada di luar sel (ekstraseluler) yaig
terbagi dalam 15 %cairan interstitial, 5 % cairan intavaskuler dan 1-2 %
transeluler.
Elektrolit
Utama Tubuh Manusia
Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit
dan nonelektrolit.Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam
larutan dan tidak bermuatan listrik,
seperti:protein,urea,glukosa,oksigen,karbon dioksida dan asam-asam
organik.Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+),kalium (K+), Kalsium
(Ca++),magnesium (Mg++), Klorida (Cl-), bikarbonat(HCO3-), fosfat (HPO42-),
sulfat (SO42-).
Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi
pada satu bagian denganbagian yang lainnya,tetapi meskipun konsenterasi ion
pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah
muatan-muatan negatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif.Komposisi
dari elektrolit-elektrolit tubuh baik pada intarseluler maupun padaplasma
terinci dalam tabel di bawah ini :
No.
|
Elektrolit
|
Ekstraseluler
|
Interstitial
|
Intraseluler
Plasma
|
1.
|
Kation
:
Natrium (Na+)
Kalium (K+)
Kalsium
(Ca++)
Magnesium (Mg
++)
|
144,0
mEq
5,0 mEq
2,5 mEq
1,5 mEq
|
137,0 mEq
4,7 mEq
2,4 mEq
1,4 mEq
|
10 mEq
141 mEq
0
31 mEq
|
2.
|
. Anion :
Klorida (Cl-)
Bikarbonat
(HCO3-)
Fosfat
(HPO42-)
Sulfat
(SO42-)
Protein
|
107,0 mEq
27,0 mEq
2,0 mEq
0,5 mEq
1,2 mEq
|
112,7 mEq
28,3 mEq
2,0 mEq
0,5 mEq
0,2 mEq
|
4 mEq
10 mEq
11 mEq
1 mEq
4 mEq
|
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh antara lain:
Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia,karena usia
akanberpengaruh pada luas permukaan tubuh,metabolisme,dan berat badan.Infant
dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia
dewasa.Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan
gangguan fungsi ginjal atau jantung.
Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit
melalui keringat.Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas
dapatkehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
Diet
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit.Ketika
intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak
sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya
sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan
menyebabkan edema.
Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel,glukosa darah,dan pemecahan
glykogen otot.Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi airsehingga
bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya :
- Trauma
seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses
regulatorkeseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami
gangguanpemenuhan intake cairan.
B. Keseimbangan asam dan basa
- Keseimbangan
asam basa adalah homeostasis dari kadar ion hidrogen dalam tubuh
- Kadar normal
ion hidrogen (H) arteri adalah: 4x10-8 atau pH = 7,4 (7,35 – 7,45)
- Asidosis = asidemia
→ kadar pH darah <7,35 Alkalemia = alkalosis → kadar pH darah >7,45
- Kadar pH darah
<6,8 atau >7,8 tidak dapat diatasi oleh tubuh
Gangguan Asam Basa darah
-
Asidosis metabolik [HCO3-] ↓ dikompensasi dengan PaCO2 ↓
-
Alkalosis metabolik [HCO3-] ↑ dikompensasi dengan PaCO2↑
-
Asidosis respiratorik PaCO2↑ dikompensasi dengan [HCO3-]
↑
-
Alkalosis respiratorik PaCO2↓ dikompensasi dengan [HCO3-]
↓
Asidosis Metabolik
-
Ciri: [HCO3-] ↓ <22mEq/L dan pH <7,35 → kompensasi
dengan hiperventilasi PaCO2↓, kompensasi akhir ginjal → ekskresi H+, sebagai
NH4+ atau H3PO4
-
Penyebab: Penambahan asam terfiksasi: ketoasidosis
diabetik, asidosis laktat (henti jantung atau syok), overdosis aspirin Gagal
ginjal mengekskresi beban asam Hilangnya HCO3- basa → diare
-
Gejala Asidosis Metabolik Tidak jelas dan asimptomatis
Kardiovaskuler: disritmia, penurunan kontraksi jantung, vasodilatasi perifer
dan serebral Neurologis: letargi, stupor, koma Pernafasan: hiperventilasi
(Kussmal) Perubahan fungsi tulang: osteodistrofi ginjal (dewasa) dan retardasi
pada anak
-
Penatalaksanaan Asidosis Metabolik Tujuan: meningkatkan
pH darah hingga ke kadar aman (7,20 hingga 7,25) dan mengobati penyakit dasar
NaHCO3 dapat digunakan bila pH <7,2 atau [HCO3-] <15mEq/L
-
Risiko NaHCO3 yang berlebihan: penekanan pusat nafas,
alkalosis respiratorik, hipoksia jaringan, alkalosis metabolik, hipokalsemia,
kejang, tetani Alkalosis Metabolik Ciri: [HCO3-] ↑ >26mEq/L dan pH >;7,45
→ kompensasi dengan hipoventilasi PaCO2↑, kompensasi akhir oleh ginjal →
ekskresi [HCO3-] yang berlebihan.
Penyebab:
-
Hilangnya H+ (muntah, diuretik, perpindahan H+dari ECF ke
ICF pada hipokalemia)
-
Retensi [HCO3-] (asidosis metabolik pasca hiperkapnia)
Gejala Alkalosis Metabolik
-
Gejala dan tanda tidak spesifik
-
Kejang dan kelemahan otot → akibat hipokalemia dan
dehidrasi
-
Disritmia jantung, kelainan EKG → hipokalemi
-
Parestesia, kejang otot → hipokalsemia
Penatalaksanaan Alkalosis Metabolik
-
Tujuan: menghilangkan penyakit dasar
-
Pemberian KCl secara IV dalam salin 0,9% → (diberikan
jika Cl- urine <10mEq/L) menghilangkan rangsangan aldosteron → ekskresi
NaHCO3 Jika Cl- urine >20mEq/L → disebabkan aldosteron yang berlebihan →
tidak dapat diobati dengan salin IV, tapi dengan diuretik
Asidosis Respiratorik
-
Ciri: PaCO2 ↑ >45mmHg dan pH <7,35 → kompensasi
ginjal retensi dan peningkatan [HCO3-]
-
Penyebab: hipoventilasi (retensi CO2), inhibisi pusat
nafas (overdosis sedatif, henti jantung), penyakit dinding dada dan otot nafas
(fraktur costae, miastemia gravis), gangguan pertukaran gas (COPD), obstruksi
jalan nafas atas
-
Gejala Asidosis Respiratorik Tidak spesifik Hipoksemia
(dominan) → asidosis respiratorik akut akibat obstruksi nafas Somnolen
progresif, koma → asidosis respiratorik kronis Vasodilatasi serebral →
meningkatkan ICV → papiledema dan pusing.
-
Penatalaksanaan Asidosis Respiratorik Pemulihan ventilasi
yang efektif sesegera mungkin → pemberian O2 dan mengobati penyebab penyakit
dasar PaO2 harus ditingkatkan >60mmHg dan pH >7,2
Alkalosis Respiratorik
-
Ciri: penurunan PaCO2 <35mmHg dan peningkatan pH serum
>7,45 → kompensasi ginjal meningkatkan ekskresi HCO3-
-
Penyebab: hiperventilasi (tersering psikogenik karena
stress dan kecemasan), hipoksemia (pneumonia, gagal jantung kongestif,
hipermetabolik (demam), stroke, stadium dini keracunan aspirin, septikemia
Gejala Alkalosis Respiratorik
-
Hiperventilasi (kadar gas, frekuensi nafas)
-
Menguap, mendesak, merasa sulit bernafas
-
Kecemasan: mulut kering, palpitasi, keletihan, telapak
tangan dan kaki dingin dan berkeringat
-
Parastesia, otot berkedut, tetani
-
Vasokontriksi serebal → hipoksia cerebral → kepala dingin
dan sulit konsentrasi
Penatalaksanaan Alkalosis Respiratorik
-
Menghilangkan penyebab dasar
-
Kecemasan dapat dihilangkan dengan pernafasan kantong
kertas yang dipegang erat disekitar hidung dan mulut dapat memulihkan serangan
akut
-
Hiperventilasi mekanik → diatasi dengan menurangi
ventilasi dalam satu menit, menambah ruang hampa udara atau menghirup 3% CO2
dalam waktu singkat
C.
Protein Plasma
Protein adalah
suatu makromolekul yang tersusun atas molekul-molekul asam amino yang
berhubungan satu dengan yang lain melalui suatu ikatan yang dinamakan ikatan
peptida. Sejumlah besar asam amino dapat membentuk suatu senyawa protein yang
memiliki banyak ikatan peptida, karena itu dinamakan polipeptida. Secara umum
protein berfungsi dalam sistem komplemen, sumber nutrisi, bagian sistem buffer
plasma, dan mempertahankan keseimbangan cairan intra dan ekstraseluler.
Berbagai protein plasma terdapat sebagai antibodi, hormon, enzim, faktor
koagulasi, dan transport substansi khusus.
Protein-protein
kebanyakan disintesis di hati. Hepatosit-hepatosit mensintesis fibrinogen,
albumin, dan 60 – 80 % dari bermacam-macam protein yang memiliki ciri globulin.
Globulin-globulin yang tersisa adalah imunoglobulin (antibodi) yang dibuat oleh
sistem limforetikuler.
Penetapan kadar
protein dalam serum biasanya mengukur protein total, dan albumin atau globulin.
Ada satu cara mudah untuk menetapkan kadar protein total, yaitu berdasarkan
pembiasan cahaya oleh protein yang larut dalam serum. Penetapan ini sebenarnya
mengukur nitrogen karena protein berisi asam amino dan asam amino berisi
nitrogen.
Total protein
terdiri atas albumin (60%) dan globulin (40%). Bahan pemeriksaan yang digunakan
untuk pemeriksaan total protein adalah serum. Bila menggunakan bahan
pemeriksaan plasma, kadar total protein akan menjadi lebih tinggi 3 – 5 %
karena pengaruh fibrinogen dalam plasma.
Cara yang
paling sederhana dalam penetapan protein adalah dengan refraktometer (dipegang
dengan tangan) yang menghitung protein dalam larutan berdasarkan perubahan
indeks refraksi yang disebabkan oleh molekul-molekul protein dalam larutan.
Indeks refraksi mudah dilakukan dan tidak memerlukan reagen lain, tetapi dapat
terganggu oleh adanya hiperlipidemia, peningkatan bilirubin, atau hemolisis.
Saat ini,
pengukuran protein telah banyak menggunakan analyzer kimiawi otomatis.
Pengukuran kadar menggunakan prinsip penyerapan (absorbance) molekul zat
warna. Protein total biasanya diukur dengan reagen Biuret dan tembaga sulfat
basa. Penyerapan dipantau secara spektrofotometri pada λ 545 nm. Albumin sering
dikuantifikasi sendiri. Sedangkan globulin dihitung dari selisih kadar antara
protein total dan albumin yang diukur.
Albumin dapat
meningkatkan tekanan osmotik yang penting untuk mempertahankan cairan vaskular.
Penurunan albumin serum dapat menyebabkan cairan berpindah dari dalam pembuluh
darah menuju jaringan sehingga terjadi edema.
Rasio A/g
merupakan perhitungan terhadap distribusi fraksi dua protein yang penting,
yaitu albumin dan globulin. Nilai rujukan A/G adalah > 1.0. Nilai rasio yang
tinggi dinyatakan tidak signifikan, sedangkan rasio yang rendah ditemukan pada
penyakit hati dan ginjal. Perhitungan elektroforesis merupakan perhitungan yang
lebih akurat dan sudah menggantikan cara perhitungan rasio A/G.
Nilai Rujukan
Nilai Rujukan
·
DEWASA : protein total : 6.0 - 8.0 g/dl; albumin
: 3.5 - 5.0 g/dl
·
ANAK : protein total : 6.2 - 8.0 g/dl; albumin
: 4.0 - 5.8 g/dl
·
BAYI : protein total : 6.0 - 6.7 g/dl; albumin
: 4.4 - 5.4 g/dl
·
NEONATUS : protein total : 4.6 - 7.4 g/dl; albumin
: 2.9 - 5.4 g/dl
Masalah Klinis
Protein total
-
PENURUNAN KADAR : malnutrisi berkepanjangan, kelaparan,
diet rendah protein, sindrom malabsorbsi, kanker gastrointestinal, kolitis
ulseratif, penyakit Hodgkin, penyakit hati yang berat, gagal ginjal kronis,
luka bakar yang parah, intoksikasi air.
-
PENINGKATAN KADAR : dehidrasi (hemokonsentrasi), muntah,
diare, mieloma multipel, sindrom gawat pernapasan, sarkoidosis.
Albumin
-
PENURUNAN KADAR : sirosis hati, gagal ginjal akut, luka
bakar yang parah, malnutrisi berat, preeklampsia, gangguan ginjal, malignansi
tertentu, kolitis ulseratif, enteropati kehilangan protein, malabsorbsi.
Pengaruh obat : penisilin, sulfonamid, aspirin, asam askorbat.
-
PENINGKATAN KADAR : dehidrasi, muntah yang parah, diare
berat. Pengaruh obat : heparin.
Faktor yang dapat mempengaruhi temuan
laboratorium :
-
Diet tinggi lemak sebelum dilakukan pemeriksaan.
-
Sampel darah hemolisis.
D. Metabolisme Karbohidrat, Lipid, dan
Lipoprotein
Karbohidrat adalah polihidroksi aldehid atau
polihidroksi yang mengandung gugus
karbon, hidrogen, dan oksigen. fungsi
karbohidrat terutama sebagai
sumber energi ( dari glukosa )
Karbohidrat menurut
uraiannya dapat dibagi menjadi 3 :
§ Monosakarida, yaitu karbohidrat yang tidak dapat di urai
menjadi senyawa yang lebih sederhana
§ Disakarida, yaitu karbohidrat yang dapat dihidrolisis
menjadi 2 molekul monosakarida.
§ Polisakarida, yaiu karbohidrat yang dapat dihidrolisis
menjadi banyak molekul monosakarida
Lipid adalah senyawa yang mengandung karbon
dan hidrogen yang tidak larut dalam air (hidrofobik) tetapi larut dalam pelarut
organik. Komponen lipid utama yang dapat dijumpai dalam plasma adalah
trigliserida, kolesterol dan fosfolipid.
Trigliserida merupakan asam lemak yang
dibentuk dari esterifikasi tiga molekul asam lemak menjadi satu molekul
gliserol. Jaringan adiposa memiliki simpanan trigliserid yang berfungsi sebagai
‘gudang’ lemak yang segera dapat digunakan. Dengan masuk dan keluar dari
molekul trigliserida di jaringan adiposa, asam-asam lemak merupakan bahan untuk
konversi menjadi glukosa (glukoneogenesis) serta untuk pembakaran langsung
untuk menghasilkan energi.
Asam lemak dapat berasal dari makanan, tetapi juga berasal dari kelebihan glukosa yang diubah oleh hati dan jaringan lemak menjadi energi yang dapat disimpan. Lebih dari 95% lemak yang berasal dari makanan adalah trigliserida. Proses pencernaan trigliserida dari asam lemak dalam diet (eksogenus), dan diantarkan ke aliran darah sebagai kilomikron (droplet lemak kecil yang diselubungi protein), yang memberikan tampilan seperti susu atau krim pada serum setelah mengkonsumsi makanan yang tinggi kandungan lemaknya.
Asam lemak dapat berasal dari makanan, tetapi juga berasal dari kelebihan glukosa yang diubah oleh hati dan jaringan lemak menjadi energi yang dapat disimpan. Lebih dari 95% lemak yang berasal dari makanan adalah trigliserida. Proses pencernaan trigliserida dari asam lemak dalam diet (eksogenus), dan diantarkan ke aliran darah sebagai kilomikron (droplet lemak kecil yang diselubungi protein), yang memberikan tampilan seperti susu atau krim pada serum setelah mengkonsumsi makanan yang tinggi kandungan lemaknya.
Kolesterol berasal dari makanan dan sintesis
endogen di dalam tubuh. Sumber kolesterol dalam makanan seperti kuning telur,
susu, daging, lemak (gajih), dan sebaginya terutama dalam keadaan ester. Dalam
usus, ester tersebut kemudian dihidrolisis oleh kolesterol esterase yang
berasal dari pankreas dan kolesterol bebas yang terbentuk diserap oleh mukosa
usus dengan kilomikron sebagai alat transport ke sistem limfatik dan akhirnya
ke sirkulasi vena. Kira-kira 70% kolesterol yang diesterifikasi (dikombinasikan
dengan asam lemak), serta 30% dalam bentuk bebas.
Kolesterol disintesis di hati dan usus serta
ditemukan dalam eritrosit, membran sel, dan otot. Sebagian besar kolesterol
yang dibutuhkan tubuh disintesis dari asetil koenzim A melalui
betahidroksi-betametil glutamil KoA. Kolesterol penting dalam struktur dinding
sel dan dalam bahan yang membuat kulit kedap air. Kolesterol digunakan tubuh
untuk membentuk garam empedu sebagai fasilitator untuk pencernaan lemak dan
untuk pembentukan hormon steroid (misal kortisol, estrogen, androgen) oleh
kalenjar adrenal, ovarium, dan testis.
Fosfolipid, lesitin, sfingomielin, dan sefalin
merupakan komponen utama pada membrane sel dan juga bekerja dalam larutan untuk
mengubah tegangan permukaan cairan (misal aktifitas surfaktan cairan di paru).
Fosfolipid dalam darah berasal dari hati dan usus, serta dalam jumlah kecil
sintesis di berbagai jaringan. Fosfolipid dalam darah dapat ikut serta dalam
metabolisme sel dan juga dalam koagulasi darah.
Karena lipid tidak dapat larut dalam air,
maka itu memerlukan suatu ‘pengangkut’ agar bisa masuk dalam sirkulasi darah.
Pengangkut itu adalah suatu protein yang dinamakan lipoprotein. Lipoprotein
dalam sirkulasi terdiri dari partikel berbagai ukuran yang juga mengandung
kolesterol, trigliserida, fosfolipid, protein dalam jumlah berbeda sehingga
masing-masing lipoprotein memiliki karakteristik densitas yang berbeda.
Lipoprotein terbesar dan paling rendah densitasnya adalah kilomikron, diikuti
oleh lipoprotein densitas sangat rendah (very low density lipoprotein, VLDL),
lipoprotein densitas rendah (low density lipoprotein, LDL), lipoprotein
densitas sedang (intermediate density lipoprotein, IDL), dan lipoprotein
densitas tinggi (high density lipoprotein, HDL).
Sebagian besar trigliserida pada plasma tidak
dalam keadaan puasa terdapat dalam bentuk kilomikron, sedangkan pada sampel
plasma puasa, trigliserida terutama terdapat dalam bentuk VLDL. Sebagian
kolesterol plasma terkandung dalam LDL. Sebagian kecil (15-25%) kolesterol
berada dalam HDL.
Jalur eksogen atau makanan pengangkutan lemak
melibatkan penyerapan trigliserida dan kolesterol melalui usus, disertai
pembentukan dan pembebasan kilomikron ke dalam limfe dank e aliran darah
melalui duktur torasikus. Kilomikron membebaskan trigliserida ke jaringan
adiposa sewaktu beredar dalam sirkulasi. Selain itu, juga mengaktifkan
lipoprotein lipase yang dapat melepaskan asam lemak bebas dari trigliserida
sehingga ukuran kilomikron berkurang menjadi sisa yang akhirnya diserap oleh
hati. Asam-asam lemak yang dikeluarkan pada gilirannya diserap oleh sel otot
dan adipose.
VLDL terutama dibentuk oleh sel hati,
sebagian oleh usus. VLDL terutama terdiri dari trigliserid endogen yang
dibentuk oleh sel hati dari karbohidrat. Ia bertugas membawa kolesterol yang
dikeluarkan dari hati ke jaringan otot untuk disimpan sebagai cadangan energi.
LDL berasal dari katabolisme VLDL, bertugas
mengangkut kolesterol dalam plasma darah ke jaringan perifer untuk keperluan
pertukaran zat. LDL mengandung 45% kolesterol. LDL ini mudah sekali menempel
pada dinding pembuluh koroner sehingga menimbulkan kerak kolesterol (plak). Itu
sebabnya LDL sering disebut sebagai “kolesterol jahat”.
HDL dibentuk oleh sel hati
dan usus, bertugas menyedot timbunan kolesterol di jaringan tersebut, lalu
mengangkutnya ke hati dan selanjutnya membuangnya ke dalam empedu. Karena itu
maka HDL disebut sebagai “kolesterol baik”. Bila HDL rendah, maka kolesterol
akan dideposit pada jaringan arteri.
Nilai
Rujukan
a)
Trigliserida
DEWASA : Usia 12-29 tahun : 10 – 140 mg/dl. Usia 30 – 39 tahun : 20 – 150 mg/dl. Usia 40-49 tahun : 30 – 160 mg/dl. Usia > 50 tahun : 40 – 190 mg/dl.
ANAK : Bayi : 5 – 40 mg/dl. Usia 5-11 tahun : 10 – 135 mg/dl.
DEWASA : Usia 12-29 tahun : 10 – 140 mg/dl. Usia 30 – 39 tahun : 20 – 150 mg/dl. Usia 40-49 tahun : 30 – 160 mg/dl. Usia > 50 tahun : 40 – 190 mg/dl.
ANAK : Bayi : 5 – 40 mg/dl. Usia 5-11 tahun : 10 – 135 mg/dl.
b)
Kolesterol
total
DEWASA. Risiko sedang : 200 – 240 mg/dl. Risiko tinggi : > 240 mg/dl. Kehamilan : kadar berisiko tinggi, tetapi akan kembali normal seperti sebelum kehamilan 1 bulan setelah kelahiran.
ANAK. Bayi : 90 – 130 mg/dl. Anak usia 2 – 19 tahun : nilai ideal 130 – 170 mg/dl, risiko sedang 171 – 184 mg/dl, risiko tinggi > 185 mg/dl.
DEWASA. Risiko sedang : 200 – 240 mg/dl. Risiko tinggi : > 240 mg/dl. Kehamilan : kadar berisiko tinggi, tetapi akan kembali normal seperti sebelum kehamilan 1 bulan setelah kelahiran.
ANAK. Bayi : 90 – 130 mg/dl. Anak usia 2 – 19 tahun : nilai ideal 130 – 170 mg/dl, risiko sedang 171 – 184 mg/dl, risiko tinggi > 185 mg/dl.
c)
Kolesterol
HDL
Usia 20-24 tahun : 30 – 79 mg/dl. Usia 25-29 tahun : 31 – 83 mg/dl. Usia 30-34 tahun : 28 – 77 mg/dl. Usia 35-39 tahun : 36 – 62 mg/dl. Usia 40-44 tahun : 34 – 67 mg/dl. Usia 45-49 tahun : 30 – 87 mg/dl. Usia 50-54 tahun : 28 – 92 mg/dl.
Usia 20-24 tahun : 30 – 79 mg/dl. Usia 25-29 tahun : 31 – 83 mg/dl. Usia 30-34 tahun : 28 – 77 mg/dl. Usia 35-39 tahun : 36 – 62 mg/dl. Usia 40-44 tahun : 34 – 67 mg/dl. Usia 45-49 tahun : 30 – 87 mg/dl. Usia 50-54 tahun : 28 – 92 mg/dl.
d)
Kolesterol
LDL
Yang dianjurkan : Risiko sedang : 130 – 159 mg/dl. Risiko tinggi : >= 160 mg/dl
Yang dianjurkan : Risiko sedang : 130 – 159 mg/dl. Risiko tinggi : >= 160 mg/dl
BAB
III
KESIMPULAN
Dari pemaparan mengenai beberapa hal mengenai
keseimbangan cairan dan ion dalam tubuh, asam-basa, protein plasma, serta
metabolisme karbohidrat, lipid dan lipoporotein keberadaannya dengan parameter dalam
tubuh merupakan suatu pengindikasian baik tidaknya organ atau kondisi tubuh
Robby Prama Yudha
150 2010 182