Senin, 30 September 2013

*Asma

Asma merupakan gangguan inflamasi kronik saluran nafas yang berhubungan dengan peningkatan kepekaan saluran nafas sehingga memicu episode mengi berulang, sesak nafas, dan batuk terutama pada malam atau dini hari. Gejala ini berhubungan dengan luas inflamasi, menyebabkan obstruksi saluran nafas yang bervariasi derajatnya dan bersifat reversible secara spontan maupun dengan pengobatan. Proses inflamasi pada asma khas ditandai dengan peningkatan eosinofil, sel mast, makrofag, serta limfosit T di lumen dan mukosa saluran nafas. Proses ini dapat terjadi pada asma asimptomatik dan bertambah berat sesuai dengan berat klinis penyakit.

Interaksi obat berarti saling pengaruh antarobat sehingga terjadi perubahan efek. Di dalam tubuh obat mengalami berbagai macam proses hingga akhirnya obat di keluarkan lagi dari tubuh. Proses-proses tersebut meliputi, absorpsi, distribusi, metabolisme (biotransformasi), dan eliminasi. Dalam proses tersebut, bila berbagai macam obat diberikan secara bersamaan dapat menimbulkan suatu interaksi. Selain itu, obat juga dapat berinteraksi dengan zat makanan yang dikonsumsi bersamaan dengan obat.
Interaksi yang terjadi di dalam tubuh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu interaksi farmakodinamik dan interaksi farmakokinetik. Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antar obat (yang diberikan berasamaan) yang bekerja pada reseptor yang sama sehingga menimbulkan efek sinergis atau antagonis. Interaksi farmakokinetik adalah interaksi antar 2 atau lebih obat yang diberikan bersamaan dan saling mempengaruhi dalam proses ADME (absorpsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi) sehingga dapat meningkatkan atau menurunkan salah satu kadar obat dalam darah. Selanjutnya akan dibahas lebih lanjut tentang interaksi farmakokinetik.
- Faktor penjamu (faktor pada pasien) :

  1. Aspek genetik
  2. Kemungkinan alergi
  3. Saluran napas yang memang mudah terangsang
  4. Jenis kelamin
- Faktor lingkungan :

  1. Bahan-bahan di dalam ruangan : Tungau debu rumah, kecoa
  2. Bahan-bahan di luar ruangan : Tepung sari bunga, Jamur
  3. Makanan-makanan tertentu, bahan pengawet, penyedap, pewarna makanan
  4. Obat-obatan tertentu
  5. Iritan (parfum, bau-bauan merangsang, household spray )
  6. Ekspresi emosi yang berlebihan
  7. Asap rokok dari perokok aktif dan pasif
  8. Polusi udara dari luar dan dalam ruangan
  9. Infeksi saluran napas
  10. Exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya ketika melakukan aktivitas fisik tertentu
  11. Perubahan cuaca


Klasifikasi Asma
Klafikasi asma berdasarka gejala, yaitu :

  1. Asma Intermitten. Pada jenis ini serangan asma timbul kadang-kadang. Diantara dua serangan APE (Pemantaun Arus Puncak Ekspirasi) normal, tidak terdapat atau ada hipereaktivitas bronkus yang ringan.
  2. Asma Persisten. Terdapat variabilitas APE antara siang dan malam hari, serangan sering terjadi dan terdapat hiperaktivitas bronkus. Pada beberapa penderita asma persisten yang berlangsung lama, faal paru tidak pernah kembali normal meskipun diberikan peng-obatan kortikosteroid yang intensif.
  3. Brittle Asthma. Penderita jenis ini mempunyai saluran napas yang sangat sensitif, variabilitas obstruksi saluran napas dari hari ke hari sangat ekstrim: Penderita ini mempunyai risiko tinggi untuk efektif meskipun tidak dapat disembuhkan. Penatalaksanaan yang paling efektif adalah mencegah atau mengurangi inflamasi kronik dan menghilangkan faktor penyebab. Faktor utama yang berperan dalam kesakitan dan kematian pada asma adalah tidak terdiagnosisnya penyakit ini dan pengobatan yang tidak cukup.
Klasifikasi asma berdasarkan penyebabnya,asma digolongkan menjadi:
1.      Asma alergi
Asma alergi berhubungan dengan sejarah penyakit alergi yang diderita seseorang dan atau keluarganya (rhinitis, urtikaria, dan eksim) memberikan reaksi kulit positif pada pemberian injeksi antigen secara intradermal, peningkatan IgE dalam serum, serta memberikan respon positif pada uji inhalasi antigen spesifik
2.      Asma non alergi
Asma dapat pula dapat terjadi pada seseorang yang tidak memiliki sejarah alergi, uji kulit negatif, dan kadar IgE dalam serumnya normal. Asma jenis ini antara lain dapat timbul ketika seseorang menderita penyakit saluran nafas atas
3.      Campuran asma alergi dan non alergi
Banyak penderita asma yang tidak dapat jelas dikelompokkan pada asma alergi dan non alergi, tapi memiliki penyebab diantara kedua kelompok tersebut.
Klasifikasi berdasarkan organ yang diserang
1.      Asma bronkhial
Asma ini merupakan serangan gangguan pernapasan dan terjadi kesulitan respirasi karena penyempitan spastik bronkhus dan pembengkakan mukosa yang disertai pengeluaran lendir kental dan kelenjar bronkhus.
2.      Asma kardiak
Asma ini merupakan serangan gangguan pernapasan pada penderita penyakit jantung akibat tidak berfungsi bilik kiri jantung dan bendungan pada paru-paru.

Pengobatan Asma                 
 Pengobatan non farmakologi
1. Menjaga Kesehatan
Menjaga kesehatan merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari pengobatan penyakit asma. Bila penderita lemah dan kurang gizi, tidak saja mudah terserang penyakit tetapi juga berarti mudah untuk mendapat serangan penyakit asma beserta komplikasinya. Usaha menjaga kesehatan ini antara lain berupa makan makanan yang bernilai gizi baik, minum banyak, istirahat
yang cukup, rekreasi dan olahraga yang sesuai. Penderita dianjurkan banyak minum kecuali bila dilarang dokter, karena menderita penyakit lain seperti penyakit jantung atau ginjal yang berat.Banyak minum akan mengencerkan dahak yang ada di saluran pernapasan, sehingga dahak tadi mudah dikeluarkan. Sebaliknya bila penderita kurang minum, dahak akan menjadi sangat kental, liat dan sukar dikeluarkan.Pada serangan penyakit asma berat banyak penderita yang kekurangan cairan. Hal ini disebabkan oleh pengeluaran keringat yang berlebihan, kurang minum dan penguapan cairan yang berlebihan dari saluran napas akibat bernapas cepat dan dalam.
2. Menjaga kebersihan lingkungan
Lingkungan dimana penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi timbulnya serangan penyakit asma. Keadaan rumah misalnya sangat penting diperhatikan. Rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi dan cahaya matahari. Saluran pembuangan air harus lancar. Kamar tidur merupakan tempat yang perlu mendapat perhatian khusus. Sebaiknya kamar tidur sesedikit mungkin berisi barang-barang untuk menghindari debu rumah.Hewan peliharaan, asap rokok, semprotan nyamuk, atau semprotan rambut dan lain-lain mencetuskan penyakit asma. Lingkungan pekerjaan juga perlu mendapat perhatian apalagi kalau jelas-jelas ada hubungan antara lingkungan kerja dengan serangan penyakit asmanya.
3. Menghindari Faktor Pencetus
Alergen yang tersering menimbulkan penyakit asma adalah tungau debu sehingga cara-cara menghindari debu rumah harus dipahami. Alergen lain seperti kucing, anjing, burung, perlu mendapat perhatian dan juga perlu diketahui bahwa binatang yang tidak diduga seperti kecoak dan tikus dapat menimbulkan penyakit asma.Infeksi virus saluran pernapasan sering mencetuskan penyakit asma. Sebaiknya penderita penyakit asma menjauhi orang-orang yang sedang terserang influenza. Juga dianjurkan menghindari tempat-tempat ramai atau penuh sesak.Hindari kelelahan yang berlebihan, kehujanan, penggantian suhu udara yang ekstrim, berlari-lari mengejar kendaraan umum atau olahraga yang melelahkan. Jika akan berolahraga, lakukan latihan pemanasan terlebih dahulu dan dianjurkan memakai obat pencegah serangan penyakit asma. Zat-zat yang merangsang saluran napas seperi asap rokok, asap mobil, uap bensin, uap cat atau uap zat-zat kimia dan udara kotor lainnya harus dihindari.Perhatikan obat-obatan yang diminum, khususnya obat-obat untuk pengobatan darah tinggi dan jantung (beta-bloker), obat-obat antirematik (aspirin, dan sejenisnya). Zat pewarna (tartrazine) dan zat pengawet makanan (benzoat) juga dapat menimbulkan penyakit asma.


Sumber Pustaka:
1. Harknes R., Interaksi Obat, Penerbit ITB, Bandung.
2. Dipiro Joseph., Pharmacoteraphy a Pathophisiologic Approach, 5th edition, Mc Grow-Hill Medical Publishing       Division.
3. Mutschler E., Dinamika Obat, Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi edisi 5, Penerbit ITB, Bandung, 2001.
4. Rahardja Kirana, Tjay Tan Hoan, Obat-Obat Penting, edisi 6, Penerbit Gramedia, Jakarta, 2007
5. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Asma, Jakarta, 2004