Jumat, 05 Juli 2013

Si Buah Manis Ramadhan


Siapa tak kenal kurma? Buah manis yang berasal dari Arab ini merupakan buah musiman di Indonesia. Kenapa musiman? Karena hanya muncul pada saat menjelang bulan ramadhan saja. Selebihnya kurma entah bersembunyi dimana.
Kandungan gula dalam kurma memiliki daya serap yang buruk, sekitar 45-50 menit sehingga waktu untuk pengolahan menjadi nutrisi yang disalurkan ke dalam darah menjadi lumayan lama. Lalu apa manfaat kurma bagi kesehatan?? Berikut ini adalah beberapa manfaat kurma untuk kesehatan:
-          Mengandung zat gula yang sangat besar yang sangat dibutuhkan tubuh
-          Mudah dicerna, sehingga tidak memberatkan alat pencernaan
-          Menyiapkan lambung untuk menerima makanan, setelah seharian lambung beristirahat
-          Mencegah penyakit maag yang timbul karena pergantian jadwal makan
-          Alkalinitas yang dikandung kurma menetralisir asam kuat pada darah yang sering menyebabkan diabetes, rematik, ginjal, darah tinggi dan wasir
-          Untuk penderita demam berdarah, yang mengalami penurunan jumlah trombosit (keping darah), juga bisa dibantu mengembalikan kondisinya dengan mengonsumsi buah ini
-          Kurma mengurangi rasa lapar dengan cepat, sehingga mengurangi dorongan untuk makan dalam porsi yang banyak. Ini hikmah dari berbuka puasa makan kurma dan minum air putih sebagaimana sunah Rasulullah. Sampai tarawih tidak terasa lapar. Tidak percaya? coba buktikan!

Berdasarkan suatu penelitian, di dalam kurma terdapat sejenis hormon yang bernama oksitasin. Ada beberapa manfaat dari oksitasin ini, yakni membantu memperlancar persalinan, meningkatkan produksi air susu ibu, dan meningkatkan kemampuan seksual baik untuk perempuan maupun laki-laki.
Buah ajaib ini juga mengandung zat sililiat, zat yang biasa ada dalam aspirin. Hal inilah yang membuat orang yang mengonsumsi kurma terbantu dalam meningkatkan kerja otak. Selain itu juga bisa membantu mengurangi rasa sakit, mengurangi risiko hipertensi dan penyakit jantung.
Memakan kurma saat berbuka adalah sesuatu yang nikmat. Rasa manis kurma mampu menggantikan tenaga yang hilang saat matahari bepijar. Tetapi yang akan dimakan itu jumlahnya jangan terlalu banyak karena akan membuat kita cepat kenyang. Inilah resep sederhana dan menyehatkan, berbuka puasa tidak perlu makanan berlimpah yang pada akhirnya mubazir karena tidak termakan, cukup kurma dan air putih, selain kenyang, menyehatkan juga beribadah dengan mempraktekkan salah satu sunah Rasulullah. (Disadur dari berbagai sumber)

Junk Food = Narkoba



Orang yang terbiasa makan burger, sosis, snack, dan jenis kue yang berlemak akan sulit menghentikan kebiasaannya itu karena otak sudah memprogram makanan itu sebagai candu. Selama ini orang mengenal junk food sebagai makanan sampah yang tinggi lemak dan gula tapi sedikit nutrisinya. Tapi ternyata tidak hanya itu, saking berbahayanya, seorang ahli saraf, Dr Paul Kenny sampai mengatakan bahwa junk food sama dengan narkoba.
 "Sudah terbukti, junk food adalah candu yang membuat seseorang kehilangan kontrol makan," ujar Kenny. Mereka yang mengonsumsi junk food menurut Kenny akan merasakan efek senang, nyaman dan tenang yang bisa berakibat candu jika tidak mengonsumsinya lagi.
Bukti yang ditemukan peneliti adalah kesamaan antara fondasi saraf-saraf di dalam otak yang disebut juga sebagai zat neurobiological. "Setelah diperiksa, ternyata struktur saraf pada otak orang obesitas yang sering mengonsumsi junk food sama dengan orang yang kecanduan obat-obatan atau narkoba," jelas Kenny.

Dr Kenny bekerja di Florida’s Scripps Research Institute, melakukan penelitiannya dengan menggunakan tikus percobaan dalam tiga kelompok. Kelompok pertama diberi makanan sehat dalam jumlah banyak. Kelompok kedua diberi makanan junk food tapi dibatasi. Kelompok ketiga diberi makanan junk food tak terbatas, diantaranya kue keju dan snack cokelat. Hasilnya, tikus di kelompok ketiga menjadi gemuk dengan sangat cepat sedangkan tikus di kelompok pertama dan kedua tidak terlihat ada perbedaan yang signifikan dari berat awalnya.

Peneliti pun kemudian melakukan pemeriksaan pada otak tikus dari tiga kelompok tersebut. Sebelumnya sebuah stimulasi elektrik diberikan pada bagian otak yang berfungsi mengeluarkan hormon pemberi rasa senang dan nyaman (oxytocin, serotonin, dopamin, feromon, endorfin, dan lainnya). Dari situ diketahui bahwa ternyata otak tikus di kelompok ketiga membutuhkan stimulasi yang terus menerus untuk mengeluarkan hormon pembawa rasa senang. Sedangkan pada dua tikus di kelompok lainnya, sedikit stimulasi saja bisa membuat hormon itu keluar.

Hipotesis peneliti adalah, untuk mencapai tingkat kesenangan yang sama, tikus yang mengonsumsi junk food butuh stimulasi yang lebih banyak daripada tikus yang tidak atau jarang makan junk food, dan itu artinya junk food adalah stimulasi yang membawa pada kecanduan. Sama halnya dengan narkoba.

Beberapa bahan khusus yang dipakai untuk memproduksi junk food seperti jenis lemak dan gula tertentu memang didesain untuk membuat konsumen ingin tambah dan tambah lagi. Hal itu yang disinyalir peneliti membuat orang ketagihan. Makan junk food boleh-boleh saja, namun pengendalian diri juga penting. (Sumber: detik.com)